Backspacer: Apakah Pearl Jam Sudah Mati?

0

Written on Kamis, September 17, 2009 by Akalana Studio


Bagi sebagian orang, The Fixer, yang merupakan perwakilan Backspacer, adalah simbol tikungan tajam dalam perjalanan musik Pearl Jam. Bagi sebagian lainnya, yang berpandangan lebih militan, The Fixer adalah simbol kematian. Simbol pengkhianatan musik, karena terdengar terlalu pop untuk masuk dalam katalog Pearl Jam, si dewa grunge yang masih berdiri tegar hingga hari ini.


Setelah melakukan bunuh diri karir dengan menolak membuat klip untuk lagu Black, yang dilanjutkan dengan perang melawan Ticketmaster di tahun 1994, apakah tahun ini, tepat 15 tahun kemudian, Pearl Jam berniat melakukan bunuh diri musik dengan meluncurkan Backspacer?

Durasi yang super singkat, hanya 36 menit, dan materi single yang terdengar sangat pop, The Fixer, jelas menjadi pertanda kurang sedap.

Lagu yang singkat artinya radio friendly. Nada yang pop artinya main stream, pengumpul massa. Tambahkan keduanya dengan jalur distribusi yang kini mereka jalani, maka kita mendapatkan satu kata yang membuat gusar: jualan!

Benarkah pahlawan kita itu sudah demikian jauh melangkah?

Setiap album adalah warna baru. Bagi kita, jamily, itu bukan barang baru. Jika kemudian kita diminta untuk sejenak menengok ke belakang, pada perjalanan musik Pearl Jam, dari album pertama yang melegenda hingga album ke-9 yang kontroversial ini, masih bisakah kita mengenali mereka?

Hari ini sebagian dari kita pergi mudik. Menempuh ratusan, bahkan mungkin ribuan, kilometer jarak yang memisahkan kita dengan orang tua, anak, sahabat, dan saudara. Memenuhi panggilan budaya yang tiada duanya di dunia. Gonna See My Friend, yeah!

Menemani kita melintasi alam pedesaan yang hijau dan tenang, Force of Nature mungkin jadi pilihan yang pas. Tak ada salahnya juga mencoba peruntungan, mencuri dengar Speed of Sound atau Supersonic diantara deru pesawat yang tengah mengudara. Bagi yang pulang ke pantai, Amongst the Waves dapat dijadikan musik latar yang berkesan.

Ketika malam menjelang, setelah semua urusan usai, biarkanlah The End menemani. Menyeret kita pada introspeksi diri. Menilai apa yang belum, sudah, dan masih ingin dicapai. Mengembalikan mudik pada semangatnya yang luhur. Sebuah upaya kembali ke titik nol, agar jelas terlihat, seberapa jauh jalan yang telah ditempuh. Sebuah upaya untuk melihat ke belakang dan melakukan koreksi. Sebuah tombol pada mesin ketik yang ketinggalan jaman, Backspacer...

Sahabat, hati-hati dalam perjalananmu. Sampai berjumpa di Listening Party. Saat kita semua menumpahkan opini, berbagi cerita tentang lagu apa dari Backspacer yang paling membekas dalam perjalanan pulang kita ke titik nol. Saat kita, dengan sejujur-jujurnya, akan menemukan kesimpulan bersama: apakah Pearl Jam sudah mati?


By Eko Prabowo - Facebook

If you enjoyed this post Subscribe to our feed

No Comment

Posting Komentar

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book